Teori Komunikasi tentang Identitas
Menurut Michael Hecht dan koleganya, dalam teori komunikasi tentang
identitas tergabunglah tiga konteks budaya berikut: individu, komunal dan
publik. Menerut teori ini, identitas merupakan penghubung utama antara individu
dan masyarakat serta komunikasi merupakan mata rantai yang memperbolehkan
hubungan ini terjadi. Tentu, identitas adalah “kode” yang mendefinisikan
keanggotaan seseorang dalam komunitas yang beragam.
Identitas dibentuk ketika seseorang secara sosial berinteraksi
dengan orang lain dalam kehidupan. Seseorang mendapatkan pandangan serta reaksi
orang lain dalam interaksi sosial dan sebaliknya, memperlihatkan rasa identitas
dengan cara mengekspresikan diri dan
merespon orang lain. Subjective
Dimension akan identitas merupakan perasaan diri pribadi, sedangkan uscribed
dimension adalah apa yang orang lain katakan tentang Anda. Dengan kata
lain, identitas pribadi terdiri dari makna-makna yang dipelajari dan apa yang didapatkan kemudian makna-makna
tersebut diproyeksikan kepada orang lain kapanpun Anda berkomunikasi.
Hecht menguraikan identitas melebihi pengertian sederhana akan
dimensi diri dan dimensi yang akan digambarkan.
Kedua dimensi tersebut berinteraksi dalam rangkaian empat tingkatan atau
lapisan. Pertama adalah personal layer, yang terdiri dari rasa akan
keberadaan diri dalam situasi sosial. Kedua adalah enactment layer atau
pengeahuan orang lain tentang diri Anda berdasarkan pada apa yang Anda lakukan,
apa yang Anda miliki, dan bagaimana
Anda bertindak. Ketiga adalah relational atau siapa diri Anda dalam
kaitannya dengan individu lain. Identitas dibentuk dalam interaksi Anda dengan mereka. Terakhir
adalah communal, yang diikat pada kelompok atau budaya yang lebih besar.
Teori Negosiasi Identitas
Identitas atau gambaran refleksi diri, dibentuk melalui
negosiasi ketika kita menyatakan, memodifikasi, atau menantang
identifikasi-identifikasi diri kita atau orang lain. Identitas kebudayaan daan
etnik sangat penting dipelajari dalam interaksi sosial. Identitas kebudayaan
dikaitkan pada beberapa rasa keterkaitan pada kelompok kebudayaan yang lebihbesar,
seperti golongan keagamaan, wilayah suatu negara, anggota organisasi tertentu, atau bahkan
kelompok sesama usia dan didefinisikan secara luas oleh jumlah afiliasi yang
kita rasakan. Sedangkan identitas etnik terdiri dari gabungan keturunan atau sejarah kelompok dari satu
generasi ke generasi lainnya.
Identitas etnik dan kebudayaan ditandai oleh nilai isi (value
content) yang terdiri dari macam-macam evaluasi yang dibuat berdasarkan
pada kepercayaan-kepercayaan budaya. Dan juga oleh ciri khas (salience)
yang merupakan kekuatan afiliasi yang kita rasakan.
Oleh karena itu, identitas dibentuk di dalam komunikasi dalam
berbagai latar belakang. Ketika Anda berkomunikasi dalam kelompok kebudayaan
yang sama, Anda akan mengalami pengalaman yang lebih dalam hal kejelasan,
konsistensi, keakraban dan persamaan. Anda
dapat mengalami kebalikannya yang mengarahkan pada kurang stabilnya dan bahkan
kemungkinan akan transformasi. Kebanyakan dari kita bekerja melalui negosiasi identitas dalam
mengembangkan suatu keseimbangan antara perbedaan tersebut.Terlalu banyak
identitas etnik atau kebudayaan dapat mengarahkan kita kepada etnosentrisme.
Teori Pengelolaan Identitas
Identitas tidak terbatas pada pelaku komunikasi tetapi juga pada
hubungan. Teori pengelolaan identitas yang dikembangka oleh Tadasu Todd Imahori
dan William R. Cupach menunjukkan bagaimana identitas terbentuk, terjaga, dan
berubah dalam hubungan.
Ketika membentuk identitas hubungan, perbedaan budaya sebenarnya
terlihat jelas dan mereka akan menemukan mereka terlibat dalam komunikasi
interkultural ketika mereka mempertimbangkan aspek-aspek budaya dari hubungan
mereka. Dalam sebuah hubungan, hal ini terjadi ketika sepasang individu harus
melewati perbedaan budaya yang menonjol. Di lain waktu, ketentuan budaya akan
mengambil alih, mengharuskan adanya komunikasi interkultural, yang terjadi
ketika identitas budaya yang umum mulai menonjol.
Teori pengelolaan identitas banyak menjelaskan tentang hubungan di
mana perbedaan budaya sangat penting dan jelas. Di sini, negosiasi bukan hanya
mengenai apa yang orang lain inginkan untuk diri mereka dan untuk hubungan itu
sendiri walaupun hal ini selalu menjadi bagiannya, tetapi tentang dukungan dan
atau ancaman terhadap identitas budaya itu sendiri.
Dalam konteks hubungan, ketika tipa-tiap individu menonjolkan
pilihan budaya mereka masing-masing, maka akan timbul masalah seperti berikut;
Pertama, seseorang akan merasa terbatasi atau tersudutkan ke dalam
bentuk budaya tertentu dan tidak diterima sebagai seseorang yang utuh dan
kompleks. Kecenderungan untuk
menyederhanakan
Teori Simbol
Tanda (sign) adalah sebuah stimulus yang menandakan
kehadiran dari suatu hal. Sebuah tanda berhubungan erat dengan makna dari
kejadian sebenarnya. Janur kuning dapat
menjadi tanda untuk adanya pernikahan. Hubungan sederhana ini disebut pemaknaan
(signification.
Sebaliknya, simbol digunakan
dengan cara yang lebih kompleks dengan membuat seseorang untuk berpikir tentang
sesuatu yang terpisah dari kehadirannya. Sebuah simbol adalah “sebuah instrumen
pemikiran.” Simbol adalah konseptualisasi manusia tentang suatu hal, sebuah simbol ada untuk sesuatu.
Sebuah simbol atau kumpulan simbol-simbol bekerja dengan
menghubungkan sebuah konsep, ide umum, pola, atau bentuk. Menurut Langer,
konsep adalah makna yang disepakati bersama-sama di antara pelaku komunikasi.
Langer memandang makna sebagai sebuah hubungan kompleks di antara simbol, objek
dan manusia yang melibatkan denotasi (makna bersama) dan konotasi (makna
pribadi).
Ferdinand de Sausurre mendefinisikan
semiotik di dalam Course in General
Linguistics sebagai ilmu yang mengkaji tentang peran tanda sebagai bagian
dari kehidupan sosial. Implisit dalam definisi tersebut adalah sebuah relasi
bahwa bila tanda merupakan bagian dari kehidupan sosial, maka tanda juga
merupakan bagian dari aturan-aturan sosial yang berlaku. Ada sistem tanda (sign system) dan ada sistem sosial (social system) yang keduanya saling
berkaitan. Saussure mengatakan semiotik merupakan sebuah ilmu yang mengkaji
kehidupan tanda-tanda di tengah masyarakat. Tujuannya adalah untuk menunjukkan
bagaimana terbentuknya tanda-tanda di tengah masyarakat (Alex Sobur, 2006: 12)
Semiotika adalah suatu ilmu yang mengkaji
tentang tanda. Tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya mencari jalan
di dunia ini, di tengah manusia dan bersama manusia. Semiotika mempunyai tiga
bidang studi utama yaitu :
1. Tanda, studi tentang bagaimana tanda-tanda
itu dalam menyampaikan maknna dan cara tanda-tanda itu terkait dengan manusia yang menggunakannya.
2. Kode atau sistem yang mengorganisasikan
tanda, studi ini mencakup cara berbagai kode dikembangkan guna memenuhi
kebutuhan masyarakat atau budaya untuk menyalurkan komunikasi dan kemudian ditransmisikan.
3. Kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja,
bergantung pada penggunaan kode-kode dan tanda-tanda untuk keberadaan bentukny
sendiri.
Pendekatan dalam semiotika lebih cenderung
mengarah pada pendekatan komunikasi. Pesan merupakan suatu konstruksi dari
beberapa tanda yang mana melalui interaksi
dengan penerima akan menghasilkan makna. Proses interaksi inilah yang
mempunyai kedudukan sebagai suatu faktor dimana individu sebagai pelaku
komunikasi membawa aspek cultural mereka. Dimana masing-masing individu
memiliki pengalaman sosial serta latar belakang budaya yang berbeda, sehingga
dalam mempersepsikan sesuatu akan mendapatkan makna yang berbeda-beda.
Roland Barthes adalah penerus pemikiran
dari Ferdinand de Saussure yang menekankan interaksi antara teks dengan
pengalaman personal dan kultural penggunaannya. Gagasan dari Barthes ini
dikenal “order of signification” yang
mencakup makna denotasi (makna yang sesuai dengan kamus) dan konotasi (makna
yang lahir dari pengamatan kultural personal).
Ada dua tahap yang merupakan gagasan dari
Barthes yaitu denotasi dan konotasi. Denotasi adalah tingkat pertandaan yang
menjalankan hubungan antara penanda dan pertanda atau tanda dengan rujukannya
pada realitas, yang menghasilkan makna eksplisit, langsung dan pasti. Makna
langsung yaitu makna khusus yang terdapat dalam sebuah tanda dan pada intinya
dapat disebut sebagai gambaran sebuah pertanda.
Barthes juga melihat dari aspek dari penandaan yaitu mitos yang
menandai suatu masyarakat. Menurutnya mitos terletak pada tingkat kedua
penandaan. Jadi setelah terbentuknya sitem sign-signifier-signified, tanda
tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki pertanda kedua dn
membentuk tanda baru. Ketika suatu tanda memiliki makna konotasi yang kemudian
berkembang menjadi makna denotasi maka makna dari denotasi tersebut akan
menjadi mitos. Mitos dimaknai sebagai tanda kerja dari suatu kebudayaan dalam
menjelaskan realitas kehidupan manusia. Mitos menurut Roland Barthes
adalah pengkodean makna dan nilai-nilai sosial (konotatif) menjadi sesuatu yang
dianggap ilmiah.
MAAF SAY NUMPANG PROMO HARGA SPESIAL TERBARU 2015 BERBAGAI MACAN MEREK HENDPHONE>SAMSUNG>BLACKBERRYNOKIA>ASUS>LENOVO>ADVAN>SMARTFREN>OPPO>ACER>TOSHIBA>NIKON>DELL>CANON>XIOMI>DLL TERPERCAYA>100% BEBAS RESIKO BEBAS PENIPUAN (Info Pemesanan)CALL/SMS:085757299675>PIN BBM: (24C4A399) WEB>WWW.NABILA-SAIRA-SHOP.BLOGSPOT.COM
BalasHapusBoleh saya tahu dari mana sumber buku yang kamu tuliskan berasal?
BalasHapus