Minggu, 16 Maret 2014

Lahirnya Sosiologi Komunikasi


            Kajian komunikasi dalam sosiologi bermula dari akar tradisi pemikiran Karl Marx yang masuk sebagai pendiri sosiologi beraliran Jerman. Gagasan awal tentang Marx tidak pernah lepas dari pemikiran Hegel. Hegel memiliki pengaruh yang kuat terhadap Marx, bahkan  Karl Marx muda menjadi seorang idealisme (bukan materialisme) justru dari pemikiran-pemikiran radikal Hegel tentang idealisme. Adapun kemudian  Marx tua menjadi seorang materialisme disebabkan oleh pengalaman pribadi manusia dalam prosesnya dengan konteks social yang dialami oleh Marx sendiri.
Menurut Ritzer (2004: 26), pemikiran Hegel yang paling utama dalam melahirkan pemikiran-pemikiran tradisional konflik dan kritis adalah ajarannya tentang dialektika dan idealisme. Dialektika adalah cara berpikir dan citra tentang dunia. Sebagai cara berpikir, dialektika menekankan arti penting dari proses , hubungan, dinamika, konflik, dan  kkontradiksi, yaitu cara-cara berpikir yang lebih dinamis.  Di sisi lain, dialektika adalah pandangan tentang dunia bukan tersusun dari struktur yang statis, tetapi berdiri dari proses, hubungan, dinamika konflik, dan kontradiksi. Pemahaman dialektika tentang dunia semacam inilah (terutama melihat dunia sebagai bagian yang berhubungan satu dengan lainnya) di kemudian hari melahirkan gagasan-gagasan tentang komunikasi seperti apa yang dikemukakan Jurgen Habermas dengan tindakan komunikatif (interaksi).
Hegel juga dikaitkan dengan filsafat idealisme yang lebih mementingkan pikiran dan produk mental daripada kehidupan material. Dalam bentuknya yang ekstrem, idealisme menegaskan bahwa hanya konstruksi pikiran dan psikologis-lah yang ada, idealisme adalah sebuah proses yang kekal dalam kehidupan menusia, bahkan ada yang berkeyakinan bahwa proses mental tetap ada walaupun kehidupan sosial dan fisik sudah tidak ada lagi. Idealisme merupakan produk berpikir yang menekankan tidak saja pada proses mental, namun juga gagasan-gagasan yang dihasilkan dari proses mental itu (Ritzer: 2004).
Pemikiran-pemikiran Habermas sendiri termasuk dalam kelompok kritis. Habermas sendiri menamakan gagasan-gagasab sebagai rekonstruksi  materialisme historis. Habermas bertolak dari pemikiran Marx, seperti potensi manusia, spesies makhluk, aktivitas yang berperasaan. Ia mengatakan bahwa, Marx telah gagal membedakan antara dua komponen analitik yang berbed, yaitu kerja (atau tenaga kerja, tindakan rasional-purposif) dan interaksi (atau aksi komunikatif) sosial (atau simbolis). Di antara kerja dan interaksi sosial, Marx hanya membahas kerja saja dengan mengabaikan interaksi sosial. Jadi, menurut Habermas, Marx hanya mengambil perbedaan antara kerja dan interaksi sosial sebagai titik awalnya. Di sepanjang tulisannya, Habermas menjelaskan perbedaan ini, meski ia cenderung menggunakan istilah tindakan (kerja) rasioal-purposif dan tindakan komunikatif (interaksi) (Ritzer, 2004: 187). Dalam The Theory of Communication Action, ia menyebut tindakan komuniktif ni  sebagai bagian dari dasar-dasar ilmu sosial dan teori komunikasi (Habermas, 1996).
Selama tahun 1970-an Habermas memperbanyak studinya mengenai ilmu sosial dan mulai menata ulang teori kritik sebagai teori komunikasi. Tahap kunci dari perkembangan ini termuat dalam kumpulan studi yang ditulis bersama Niklas  Luhmann, yaitu Theori der Gesellschaft der Sozialtechnologie (1971); Legitimatios probleme des Historischen Materialisus (1976) (Kuper and Kuper, 2000: 424).
Sumbangan pemikiran juga diberikan oleh John Dewey, yang sering disebut sebagai the first philosopher of communication (Riger, 1986) itu dikenal hingga kini dengan  filsafat pragmatik-nya, suatu keyakinan bahwa sebuah ide itu benar jika ia berfungsu dalam praktik. Pragmatisme menolak dualisme pikiran dan materi, subjek dan objek (Ibrahim, 2005: xiii). Jadi, gagasan-gagasan seharusnya bermanfaat bagi masyarakat, pesan-pesan ide harus tersampaikan dan memberi kontribusi pada tingkat perilaku orang. Pesan ide membentuk tindakan dan perilaku di lapangan.
Dengan demikian, sejarah sosiologi komunikasi menempuh dua jalur. Bahwa kajian dan sumbangan pemikiran Auguste Comte, Durkheim, Talcott Parson dan Robert K. Merton merupakan sumbangan paradigma fungsional bagi lahirnya teori-teori komunikasi yang beraliran struktural-fungsional. Sedangkan sumbangan-sumbangan pemikiran Karl Marx dan Habermas menyumbangkan paradigma konflik bagi lahirnya teori-teori kritis dalam kajian komunikasi.
Sosiologi sejak awal telah menaruh perhatian pada masalah-masalah yang ada hubungan dengan interaksi sosial antara seseorang dengan orang lainnya. Apa yang disebutkan oleh Comte dengan “social dynamic”, “kesadaran kolektif” oleh Durkheim, dan “interaksi sosial” oleh Marx serta “tindakan komunikatif” dan “teori komunikasi” oleh Habermas adalah awal mula lahirnya perspektif sosiologi komunikasi. Bahkan melihat kenyataan semacam itu, maka sebenarnya gagasan-gagasan perspektif sosiologi komunikasi telah ada bersamaan dengan lahirnya sosiologi itu sendiri baik dalam perspektif struktural-fungsional maupun perspektif konflik.
Saat ini perspektif teoritis terkait sosiolohi komunikasi bertumpu pada kajian sosiologi mengenai interaksi sosial dan semua aspek yang bersentuhan  dengan fokus kajian tersebut.

Referensi :
Burhan Bungin. Sosiologi Komunikasi. Surabaya: Kencana. 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar