Kamis, 06 Maret 2014

Sejarah Keilmuan Komunikasi


Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam kehidupan umat manusia. Kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan sesamanya, diakui oleh hampir semua agama telah ada sejak masa Adam dan Hawa.
Sifat manusia untuk menyampaikan keinginannya dan untuk mengetahui hasrat orang lain, merupakan awal keterampilan manusia berkomunikasi secara otomatis melalui lambang-lambang isyarat, kemudian disusul dengan kemapuan untuk memberi arti setiap lambang-lambang itu dalam bentuk bahasa verbal.
Kapan manusia mulai mampu berkomunikasi dengan manusia lainnya, tidak ada data autentik yang dapat menerangkan tentang hal itu. Hanya saja diperkirakan bahwa kemampuan manusia untuk berkomunikasi dengan orang lain secara lisan adalah peristiwa yang berlangsung secara mendadak. Everett M. Rogers menilai peristiwa ini sebagai generasi pertama kecakapan manusia berkomunikasi sebelum mampu mengutarakan pikirannya secara tertulis.
Perkembangan komunikasi antarmanusia tidak terlepas dari pengaruh naluri kemanusiaan itu sendiri. untuk bertahan hidup manusia membutuhkan manusia yang lainnya untuk saling membantu. Sementara pada tahapan saling memberikan bantuan inilah proses komunikasi akan sangat dibutuhkan, maka komunikasi antar manusia dibagi menjadi tiga tahapan zaman yaitu sebagai berikut :
·         Zaman tanda dan isyarat
Merupakan yang paling awal dalam sejarah perkembangan manusia dan muncul jauh sebelum nenek moyang manusia dapat berjalan tegak. Dalam berkomunikasi satu sama lain, peran insting (meskipun masih sangat rendah) sangatlah penting. Proses komunikasi manusia lebih berdasarkan insting dan bukan rasionya. Perkembangan penting komunikasi dalam era ini adalah digunakannya bahasa tanda dan isyarat sebagai alat komunikasi. Munculnya tanda dan isyarat sebagai alat komunikasi berasal dari penyempurnaan penggunaan suara (geraman, tangisan, dan jeritan) sebagai alat komunikasi.
·         Zaman Bahasa Lisan
Zaman komunikasi lisan ini berjalan kira-kira 300.000 sampai 200.000 tahun SM. Era ini juga ditandai dengan lahirnya embrio kemampuan untuk berbicara dan berbahasa secara terbata-bata dalam kelompok masyarakat tertentu. Oleh karena itu, manusia pada zaman ini sering disebut dengan homosapiens. Ketika kita berbicara, kita sebenarnya sedang berperilaku. Ketika kita melambaikan tangan, tersenyum, bermuka masam, menganggukkan kepala, atau memberikan suatu isyarat, kita juga sedang berperilaku. Sering perilaku-perilaku ini merupakan pesan-pesan, pesan-pesan itu kita gunakan untuk mengkomunikasikan sesuatu kepada orang lain.
·         Zaman Tulisan
Pada massa ini adalah masa penggunaan pesan melalui gambar-gambar yang disebut: pictographic, kemudian diperkenalkannya system bunyi ujaran dalam bentuk phonetic, dan terakhir diperkenalkannya huruf-huruf hiroglif (yang terdapat dalam peradaban mesir kuno). Pada masa ini ketiga tradisi penulisaan itu dinilai sangat tinggi dalam peradaban manusia dan dianggap sebagai lambang-lambang pesan yang bersifat permanen. Maka banyak teknik penulisan sejarah pada masa modern ini yang sebenarnya itu mengikuti kebiasaan hidup manusia pada masa tersebut. Kesamaan itu juga terlihat yang dilakukan oleh suku-suku Indian di Amerika Utara yang mencatat berbagai peristiwa peperangan, nyanyian-nyanyian heroic, lagu-lagu rakyat, catatan ramuan pengobataan, serta kebiasaan hidup lainnya yang dapat diwariskan kepada generasi berikutnya.
Pada awalnya, sebelum menjadi ilmu komunikasi, istilah yang muncul adalah Jurnalistik (Journalism), dalam buku Pengantar Ilmu komunikasi dan Jurnalistik dikatakan bahwa pada tahun 1986 seorang mantan panglima pada perang saudara di Amerika Serikat yang kemudian menjadi rector pada Washington College Robert E. Lee menganjurkan agar tiap tahun disediakan beasiswa untuk 50 orang pemuda untuk studi jurnalistik.
Kemudian ada lagi seorang wartawan Joseph Pulitzer yang mempunyai cita-cita mendirikan School of Journalism yang akhirnya mendapat tanggapan positif dari Rektor Havard University, yaitu Charles E. Elliot, dan Rektor Columbia University, yaitu Nicholas Murray Butler. Dan kemudian akhirnya berdirilah School of Journalism, akan tetapi setelah diteliti ternyata journalism tidak hanya mempelajari serta meneliti yang berhubungan dengan bidang jurnalistik saja, akan tetapi juga yang berhubungan dengan produk-produk media massa.
Dengan perkembangan teknologi dan dengan dikemukakannya radio pada tahun 1920, film, televisi (pada tahun 1948) maka studi Jurnalistik di Amerika Serikat tidak hanya mempunyai obyek pers saja akan tetapi berkembang obyek studinya menjadi pers, radio, film, dan televise karena itu Journalism berkembang menjadi Mass Communication. Istilah mass communication inilah yang kemudian diakui lebih tepat untuk digunakan sebab, mass communication ini mencakup keseluruhannya, yaitu tidak saja kegiatan jurnalistik tetapi juga karya-karya lainnya yang disiarkan melalui media massa.
Dari penelitian beberapa sarjana antara lain Paul Lazarsfeld, Bernard Berelson, Elihu Katz dan Wilbur Schramm dan lain-lain maka ternyata bahwa pengaruh mass communication (media masa) dalam merubah pendapat, sikap dan perilaku komunikan tidak cukup besar. Mass Communication atau komunikasi massa hanya berfungsi sebagai penguat atau memperteguh opini, di mana antara lain dijelaskan bahwa setiap orang atau komunikasi sudah mempunyai predisposisi sendiri, selain itu komunikan tidak bersifat pasif akan tetapi dalam komunikasi, komunikan justru berifat aktif sehingga komunikan juga bersifat selektif terhadap message yang diterima dari media massa.
Akan tetapi, pada perkembangan selanjutnya, ternyata istilah mass communication dirasa tidak tepat lagi, karena ternyata tidak merupakan proses yang total. Dari hasil penelitian para ilmuan antara lain adalah Paul Lazarsfeld, Bernard Berelson, Hazel Gaudet, menunjukkan bahwa gejala social akibat media massa hanyalah merupakan satu tahap saja, padahal menurut mereka ada tahap selanjutnya yaitu meneruskan pesan dari media massa dengan melalui mulut ke mulut yang dampaknya justru sangat besar.
Masuknya ilmu komunikasi di Indonesia sebenarnya melalui dua jalur, yaitu jalur Eropa (Jerman) dan Amerika Serikat. Di Eropa ilmu komunikasi yang berkembang dikenal dengan istilah Ilmu Publisistik sedangkan di Amerika terkenal dengan istilah Komunikasi Massa. Ilmu Publisitik dan Komunikasi Massa dibawa oleh beberapa tokoh Indonesia dan kemudian mengembangkannya di Perguruan tinggi, antara lain adalah Drs. Marbangun, Sundoro, Prof. Sujono Hadinoto, Adinegoro, dan Prof. Dr. Mustopo pada tahun 1960-an. Kemudian bertambah lagi dengan datangnya dua orang pakar dalam bidang kajian ini, yaitu Dr. Phil. Astrid S. Susanto dari Jerman Barat (1964) dan Dr. M Alwi. Dahlan dari Amerika Serikat (1967).

1 komentar:

  1. MAAF SAY NUMPANG PROMO HARGA SPESIAL TERBARU 2015 BERBAGAI MACAN MEREK HENDPHONE>SAMSUNG>BLACKBERRYNOKIA>ASUS>LENOVO>ADVAN>SMARTFREN>OPPO>ACER>TOSHIBA>NIKON>DELL>CANON>XIOMI>DLL TERPERCAYA>100% BEBAS RESIKO BEBAS PENIPUAN (Info Pemesanan)CALL/SMS:085757299675>PIN BBM: (24C4A399) WEB>WWW.NABILA-SAIRA-SHOP.BLOGSPOT.COM

    BalasHapus